Salam ya Bunda....

Salam perawan termulia...
Engkaulah hidup dan harapan kami
Kepadamu kami gantungkan harapan
Ditanganmu kami letakkan hidup kami
Dengan kasih keibuanmu
Peliharalah kami
Dan hantarlah kami
Kepada Yesus Kristus,puteramu
Sumber kehidupan kami.....

Kamis, 25 November 2010

Pencinta Maria : St.Maximilianus Maria Kolbe

"kita harus menaklukan seluruh semesta dan setiap jiwa,sekarang dan sampai akhir dunia,demi kemuliaan Maria yang dikandung tanpa noda,dan kemudian melalui dia,membawa mereka pada hati kudus Yesus"

Santo Maximilianus Maria Kolbe merupakan anak kedua dalam keluarga Kolbe.Ia terlahir dengan nama Raymond,pada 8 Januari 1894 di Zdunska Wola.Pada hari itu juga,ia dibaptis di Gereja Kenaikan Maria ke surga.Ia dibesarkan dalam keluarga yang miskin tapi penuh cinta.Orangtuanya merupakan pekerja keras.Mereka mendidik Maximilianus dan saudara-saudaranya dalam semangat kristiani yang kental.Ketika kecil,Maximilianus  sangat mengidolakan St,Fransiskus Asisi.Ia bertekad selalu bergembira sebagaimana St.Fransiskus yang selalu larut dalam sukacita rohani dan bercita-cita bisa berbicara dengan burung-burung,selayaknya yang dilakukan St.Fransiskus.

Arah hidupnya sebagai orang kudus mulai terbaca,ketika tahun 1906,Maximilianus mengalami peristiwa yang membuatnya berubah.Ia menjadi pendiam dan seringkali menangis saat berdoa.Sang ibupun menanyakan penyebab perubahan perangainya.Dan keluarlah pengakuan dari mulut Maximilianus kecil.Kepada ibunya Maximilianus dengan berurai air mata mengaku melihat Bunda Maria ketika sedang berdoa di Gereja Santo Matius,dekat tempat tinggalnya.Ia memohon kepada Bunda Maria,agar menunjukkan kepadanya,akan jadi apa ia kelak.Bunda Maria lalu menunjukkan kepadanya 2 mahkota,masing-masing berwarna putih dan merah.Dengan penuh kelembutan,Bunda Maria mempersilakan Maximilianus memilih mahkota mana yang disukainya.Bunda Maria menjelaskan,bahwa mahkota putih melambangkan kekudusan,sedangkah mahkota merah melambangkan kemartiran.Maximilianuspun menyatakan menerima keduanya sebagai anugerah dari ibu surgawinya itu.Sejak itulah,jalan hidup Maximilianus berubah.Ia selalu dipenuhi kesadaran untuk berkorban demi orang lain,dan seringkali tampak bahwa wajahnya bersinar.


Pada umur 13 tahun,Maximilianus memasuki seminari Fransiskan di kota Lvov.Diapun mengganti namanya dengan nama biara Maximilianus.Ia menyelesaikan studinya di Roma dan pada 1918 ditahbiskan sebagai imam.


Maximilianus memiliki devosi yang besar pada Santa Maria Tak bernoda.Tahun 1917,ketika masih menjalani studi untuk persiapan imamat,ia mendirikan sebuah gerakan bernama : "Pasukan dari Yang Tak bernoda asal".Para anggota gerakan ini mempersembahkan hidupnya bagi Bunda Maria dan datangnya kerajaan Allah di muka bumi.Untuk mendukung gerakannya itu,Maximilianus juga menerbitkan majalah bernama "Ksatria dari Yang bernoda asal" yang berisi berbagai hal tentang pengetahuan seputar Maria demi meningkatkan kecintaan dan pelayanaan kepada Santa Perawan.Pada tahun 1922 majalah itu telah dicetak sebanyak 500 eksemplar dan pada tahun 1939 jumlahnya telah menembus 1 juta eksemplar.Pada tahun 1931,Maximilianus berangkat menjadi misionaris ke Jepang.Disana,tepatnya di Nagasaki, ia mendirikan Kota Perawan Maria Tak bernoda (Mugenzai no sono) dan menerbitkan edisi bahasa Jepang majalah "Ksatria dari Yang Tak bernoda asal" (Seibo no kishi).


Sebelum bermisi di Jepang,Maximilianus berkarya di negara asalnya,Polandia.Disana ia mendirikan kota Maria yang disebut Niepokalanow.Nama ini merupakan istilah Polandia dari Immaculata,gelar Bunda Maria yang sangat dicintainya.Dikota itu,Bunda Maria benar-benar dimuliakan.Bunda Maria menjadi segalanya.Kota ini menjadi pusat komunitas kehidupan religius Polandia,yang didiami lebih dari 700 biarawan.Tentang komunitas ini Maximilianus berkata,"Di komunitas ini,Maria adalah segalanya.Dialah jantung dan tujuan akhir.Dialah cita-cita dan kekuatan.Kita hidup,menderita,bekerja dan mati untuk dia.Untuk Marialah,seluruh kemuliaan".Komunitas ini berkarya untuk menolong orang miskin,mengembangkan devosi pada Maria dan pembinaan calon imam.


Setahun bermisi di Jepang,Maximilianus kembali ke Polandia.Pada tahun-tahun itu,dunia dilanda perang dunia kedua.Pasukan Jerman yang menjadi musuh sekutu menyerbu dan menguasai Polandia.Semua wilayah diduduki,tak terkecuali Niepokalanow.Disana pada tahun 1941,Maximilianus ditangkap oleh satuan intelejen Jerman,SS.Maximilianus kemudian dikirim ke kamp konsentrasi Auschwitz dengan nomor tahanan 16670.Namun meskipun telah ditahan,Maximilianus  tetap menjalankan aktifitasnya sebagai imam,dengan cara sembunyi-sembunyi.Ia tetap mempersembahkan misa suci dipenjara dan senantiasa berpesan agar para tahanan  tidak melupakan cinta.


Pada malam tanggal 3 Agustus 1941,seorang tahanan di sektor yang sama dengan Maximilianus melarikan diri.Pasukan Jerman yang marah memutuskan untuk mengganti tahanan yang kabur itu dengan 10 nyawa tahanan lainnya.Salah satunya  seorang polisi Polandia,Franciszek Gajowniczek.Polisi itu menangis tersedu-sedu  ketika akan dihukum mati,karena teringat istri dan anak-anaknya.Serta merta Maximilianuspun maju dan menawarkan diri  untuk menggantikan tempat  polisi itu dan menerima  hukuman mati.Pertukaran itupun disetujui.Maka  Maximilianus bersama 9 tahanan lain  dihukum mati didalam kamar gas beracun.Tapi ajaib,hingga beberapa hari,Maximilianus masih bertahan  hidup,sehingga pada 14 Agustus 1941 iapun disuntik  mati.

Sebagai penghormatan atas kesucian dan teladan hidupnya,Maximilianus dikukuhkan sebagai Beato oleh Paus Paulus VI.Dan pada tahun 1982,Paus Yohanes Paulus II mengkanonisasinya sebagai Martir Cinta Kasih.Santo Maximilianus menjadi orang pertama yang dikanonisasi setelah perang dunia II.

Kecintaan Maximilianus kepada Bunda Maria,mendorongnya untuk mewartakan cinta kasih dan memenangkan jiwa-jiwa untuk kemuliaan Kristus.Ia sangat mencintai Kristus,sebagaimana Bunda Maria begitu mencintai putranya. (diterjemahkan dari piercedhearts.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar